Oleh Ridwan Purwanto, S. Sos
Dosen Komunikasi
Kota Batam sebagai kota yang sangat
strategis lokasi berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia ini ternyata
bisa membuat efek negatif kepada dunia kerja. Kurs dolar Singapura yang terus
merangkak naik, semua barang yang dijual di Kota Batam ini sering sekali
dikaitkan dengan dollar Sing yang naik.
Penulis memang bukan pakar ekonomi
yang ahli di bidang kebijakan-kebijakan ekonomi, namun penulis hanya mencoba
mengamati dari sisi gejala sosial dan komunikasinya saja. Semoga pandangan
penulis bisa memberikan kesejukan suasana yang sedang panas antara Pemerintah,
Pengusaha, dan Pekerja, ditambah cuaca kota Batam yang panas ini karena sebulan
lebih belum turun hujan.
Mata Uang Rupiah Besar namun Kecil Nilainya
Sedikit cerita Penulis pernah membeli
barang di salah satu toko bangunan di Bengkong,
Saya:“harga ini berapa bos?”
kemudain penjual itu menjawab, “Dua
Ribu”.
Saya: “Bos kok mahal kali barang klem
pipa sekecil ini pun, naiknya banyak sekali”
Penjual: “Jangan dilihat kecilnya
barang pak, tapi memang mata uang Indonesia memang kecil”
Dari jawaban penjual itu saya terdiam
sebentar, ya memang benar yah, kemudian saya bayar sekalian barang lain yang
saya butuhkan lainnya. Sembari naik motor saya masih berfikir. Kota Batam ini
pantas juga para pekerja kita menuntut gaji yang tinggi karena akibat tingginya
biaya hidup, namun para pengusaha juga dilema beban yang dikeluarkan semakin
besar sekali apabila gajinya naik terus.
Hal lain banyak di ceritakan juga
hampir semua warga Batam kalau belanja di kawasan Nagoya, Jodoh ataupun beli
barang elektronika pasti selalu dikaitkankan dengan nilai tukar Singapura.
Negara kita Indonesia nilai tukarnya semakin saja terpuruk. Dari sisi ekonomi
pasti banyak sekali penyebabnya, namun versi saya seandainya para koruptor ini
tidak menyimpan uang korupsinya dengan mata uang asing pasti nilai tukar rupiah
juga tidak separah ini. Koruptor ini sudah merampok uang rakyat (Rupiah) terus
dibawa kaburnya ke negera lain, atau di tukar dengan US Dollar atau Dollar
Sing. Atau juga para penyuap itu memberikan uang suapan dengan uang dolar.
Banyak sekali orang kaya ataupun para
pejabat juga mempunyai simpanan uang dalam bentuk dollar. Apabila dilihat dari
suri tauladan tentu saja hal ini kurang baik. Pemimpinnya saja simpanannya saja
dalam bentuk dollar eh seolah tidak percaya dengan mata uangnya sendiri. Ini
juga menjadi salah satu menjadi semakin terpurihnya nilai rupiah.
Sampai kapankah budaya ataupun
kebijakan yang kurang bersahabat dengan rupiah ini akan berlangsung?. Kita
berharap di pemerintahan ke depan yang tinggal beberapa bulan saja bisa membawa
perubahan akan budaya cinta rupiah dan menyimpan uang rupiah juga.
Gaji Besar, Habis Juga!
Kota Batam sebagai kota Industri,
Kota Wisata, Kota Bisnis ini banyak sekali menampung para pekerja dari seluruh
Indonesia bahkan pekerja asing bekerja di Batam.
Kita pasti sering sekali mendengar
seringnya demo-demo terkait tuntutan kenaikan UMK, kenaikan gaji dan lainnya.
Apabila dibandingkan dengan negara tetangga kita pasti kita agak iri, di sana
sedikit sekali terjadi demo-demo kenaikan gaji.
Penulis sangat paham sekali ditengah
himpitan ekonomi yang serba mahal ini kalau tidak naik gajinya juga akan
semakin tergilas di Kota Batam ini. Apabila kondisi Kota Batam sebagai salah
satu Kota FTZ ini betul-betul dilaksanakan secara total mungkin bisa lebih
murah barang-barang kebutuhan di Kota Batam. Masyarakat Batam dipaksa membeli
barang-barang yang mahal dari negara Singapura dan Malaysia. Tentu sangat
tragis dari sisi gaji jauh, kondisi ekonomi penduduknya juga masih lebih baik
negara tetangga kita, namun harga-harga kebutuhan pokok penduduk Kota Batam dan
sekitarnya jauh lebih mahal.
Namun dari semua ini kenapa seolah
tidak ada tindakan para pemegang kebijakan ekonomi di Kota Batam ini terkait
semakin tingginya harga-harga kebutuhan pokok. Sebesar apapun gajinya saat ini
kalau kenaikan barang, jasa, kebutuhan lainnya tetap tinggi juga akan sia-sia
saja. Nilai besar gaji tetap saja kecil apabila dibelanjakan.
Sistem pengupahan pekerja di
Indonesia pasti setiap tahun menyebabkan gesekan-gesekan dan diskusi alot
antara perwakilan serikat pekerja, pengusaha dan pemerintah. Perjuangan pekerja
menuntut hak pengupahan yang sebanding pasti akan berbenturan dengan kebijakan
perusahaan yang ingin pengupahan yang bisa murah. Apabila pemerintah bisa
menjadi negosiator dan pemegang kebijakan dalam menstabilkan ekonomi, harga
pasti akan semakin tidak terjadi konfilk yang panas antara pengusaha dan
pekerja soal gaji ini.
Semua tentu mengetahui di Kota Batam
ini serba mahal, meski banyak yang bilang masih mudah mencari uang dibandingkan
dengan kota lain namun akan semakin baik apabila gaji yang pantas ini bisa
lebih bisa dimanfaatkan pekerja untuk meningkatkan peluang bisnis lainnya bukan
akan habis buat sisi konsumsi semata. Apabila hal ini bisa terjadi pasti Kota
Batam bisa menjadi motor penggerak ekonomi bagi Indonesia. Kota Batam bisa
menjadi percontohan berhasilnya program FTZ.
Namun apabila kondisi ketidakstabilan
harga barang, gaji yang besar namun kecil nilainya ini terus terjadi ditambah
nilai tukar rupaih yang merosot terus, pasti akan berdampak ketar-ketirnya dunia
kerja dan sistem pengupahan di Kota Batam.
Pekerja dan Bos Tak Bisa Dipisahkan
Hubungan antara pekerja dan bos
adalah hubungan yang tidak bisa dipisahkan, saling melengkapi semua punya peran
dan tanggungjawabnya. Tidak bisa disebut sebagai bos kalau tidak punya pekerja
baik pekerja tetap, kontrak ataupun yang frelance juga. Pekerja juga demikian
tidak bisa dibilang sebagai karyawan kalau dirinya tidak bekerja kepada
perusahaan ataupun orang lain. Seharusnya hubungan yang intim yang saling
membutuhkan ini harus dibina komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.
Pihak Bos tentu saja harus
menggunakan teknik komunikasi yang baik, jangan hanya menggunakan komunikasi
vertikal dari atasan ke bawahan. Kesannya begitu diktator sekali
pesan-pesannya. Budaya menggali usulan dari bawahan harus dikembangkan, dengan
metode ini maka kedekatan hubungan antara karyawan dengan bosnya akan terjaga
dengan baik. Terutama disaat-saat kritis seorang bos diperlukan teknik
komunikasi yang baik agar bisa meredam emosi pekerja.
Para pekerja selain menjalin hubungan
yang baik dengan sesama pekerja, atau teknik komunikasi secara horizontal juga
harus bisa menyampaikan usulan-usulan yang membangun kepada perusahaan atau
atasanya. Memang budaya ini masih sulit terutama di industri kota Batam. Namun
perusahaan juga ada sebuah ajang family
gathering yang kebanyakan dilaksanakan setiap tahun ini merupakan salah
satu cara untuk membuat suasana kebersamaan diantara manajemen dan para
pekerja. Namun setelah itu kebanyakan masih belum dibina kembali melalui sarana
yang bisa membuat hubungan yang baik antara pekerja dan perusahaan begitu
dekat.
Di era social media yang begitu trend saat ini bisa digunakan sebagai
salah satu sarana untuk menjalin komunikasi di perusahaan, misalnya dibuat
sebuah group FB. Semua informasi tentang perusahaan bisa diposting di FB untuk
bisa diketahui oleh semua karyawan. Dan pihak karyawan juga bisa memberikan
masukan-masukan kepada perusahaan dengan FB ini. Ini salah satu contoh media
saja, apabila dikembangkan maka jalinan komunikasi akan terjaga, segala
permasalahan terkait dengan perusahaan dan karyawan bisa dikomunikasi dengan
baik.
Hubungan yang sudah layaknya sebuah
keluarga maka akan menambah loyalitas karyawan, dan etos kerja juga akan
menjadi lebih baik. Permasalahan dunia kerja tentang tuntutan kenaikan gaji dan
lainnya juga bisa dikomunikasikan dengan baik.
Kita berharap pergerakan atau demo
untuk menuntuk suatu hak itu diminimalisir apabila semua unsur yang terkait
bisa sadar diri akan peran dan tanggungjawabnya. Kita sebagai pekerja juga
tidak ingin demo terus menuntut haknya apabila penghasilan yang diperoleh sudah
layak dengan besarnya pengeluaran yang ada saat ini.
Pemerintah yang mempunyai peran
penting di sisi regulasi harus bisa menjadi media dan penggerak agar bisa
melindungi semua warga negara, baik pekerja, pengusaha. Jangan sampai regulasi
yang dibuat bisa membuat keresahan rakyat. Meski harga itu kini pasar yang
menetukan, alangkah baiknya jika pemerintah bisa seperti dulu bisa menstabilkan
harga, agar penghasilan yang diterima pekerja bisa mencukupi juga, tanpa ini
maka pasti kenaikan berapapun akan menimbulkan gejolak.
Pengusaha menginginkan usahanya
berjalan dengan baik, dan hal ini harus didukung oleh karyawan yang produktif
dan kebijakan pemerintah yang baik. Semoga pengusaha menjadikan karyawan adalah
sebuah aset yang perlu di jaga, jangan dipekerjakan saja. Hubungan yang baik
layaknya keluarga akan meminimalisir benturan-benturan antara pekerja dan
pengusaha.
Semoga hubungan simbiosis mutualisme
antara Pengusaha, Pemerintah, dan Pekerja ini, maka ketar-ketir dunia usaha
yang banyak diramalkan dengan banyak hengkangnya investor asing dari kota Batam
bisa kita hindari, justru jalinan komunikasi yang semakin mesra antara ketiga
unsur (baca:pengusaha, pemerintah, pekerja) tersebut akan membuat semakin nyamannya
iklim investasi di Kota Batam, dan bisa menjadi tolak ukur perekonomian
nasional. Kita pasti bangga apabila pemberitaan di media mengenai Kota Batam
berita tentang prestasi-prestasi.