Sunday 11 January 2015

Ketar-Ketir Dunia Kerja di Kota Batam, Imbas Kenaikan UMK dan Dollar Sing yang Melejit

Oleh Ridwan Purwanto, S. Sos
Dosen Komunikasi

Kota Batam sebagai kota yang sangat strategis lokasi berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia ini ternyata bisa membuat efek negatif kepada dunia kerja. Kurs dolar Singapura yang terus merangkak naik, semua barang yang dijual di Kota Batam ini sering sekali dikaitkan dengan dollar Sing yang naik.
Penulis memang bukan pakar ekonomi yang ahli di bidang kebijakan-kebijakan ekonomi, namun penulis hanya mencoba mengamati dari sisi gejala sosial dan komunikasinya saja. Semoga pandangan penulis bisa memberikan kesejukan suasana yang sedang panas antara Pemerintah, Pengusaha, dan Pekerja, ditambah cuaca kota Batam yang panas ini karena sebulan lebih belum turun hujan.
Mata Uang Rupiah Besar namun Kecil Nilainya
Sedikit cerita Penulis pernah membeli barang di salah satu toko bangunan di Bengkong,
Saya:“harga ini berapa bos?”
kemudain penjual itu menjawab, “Dua Ribu”.
Saya: “Bos kok mahal kali barang klem pipa sekecil ini pun, naiknya banyak sekali”
Penjual: “Jangan dilihat kecilnya barang pak, tapi memang mata uang Indonesia memang kecil”
Dari jawaban penjual itu saya terdiam sebentar, ya memang benar yah, kemudian saya bayar sekalian barang lain yang saya butuhkan lainnya. Sembari naik motor saya masih berfikir. Kota Batam ini pantas juga para pekerja kita menuntut gaji yang tinggi karena akibat tingginya biaya hidup, namun para pengusaha juga dilema beban yang dikeluarkan semakin besar sekali apabila gajinya naik terus.
Hal lain banyak di ceritakan juga hampir semua warga Batam kalau belanja di kawasan Nagoya, Jodoh ataupun beli barang elektronika pasti selalu dikaitkankan dengan nilai tukar Singapura. Negara kita Indonesia nilai tukarnya semakin saja terpuruk. Dari sisi ekonomi pasti banyak sekali penyebabnya, namun versi saya seandainya para koruptor ini tidak menyimpan uang korupsinya dengan mata uang asing pasti nilai tukar rupiah juga tidak separah ini. Koruptor ini sudah merampok uang rakyat (Rupiah) terus dibawa kaburnya ke negera lain, atau di tukar dengan US Dollar atau Dollar Sing. Atau juga para penyuap itu memberikan uang suapan dengan uang dolar.
Banyak sekali orang kaya ataupun para pejabat juga mempunyai simpanan uang dalam bentuk dollar. Apabila dilihat dari suri tauladan tentu saja hal ini kurang baik. Pemimpinnya saja simpanannya saja dalam bentuk dollar eh seolah tidak percaya dengan mata uangnya sendiri. Ini juga menjadi salah satu menjadi semakin terpurihnya nilai rupiah.
Sampai kapankah budaya ataupun kebijakan yang kurang bersahabat dengan rupiah ini akan berlangsung?. Kita berharap di pemerintahan ke depan yang tinggal beberapa bulan saja bisa membawa perubahan akan budaya cinta rupiah dan menyimpan uang rupiah juga.


Gaji Besar, Habis Juga!
Kota Batam sebagai kota Industri, Kota Wisata, Kota Bisnis ini banyak sekali menampung para pekerja dari seluruh Indonesia bahkan pekerja asing bekerja di Batam.
Kita pasti sering sekali mendengar seringnya demo-demo terkait tuntutan kenaikan UMK, kenaikan gaji dan lainnya. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga kita pasti kita agak iri, di sana sedikit sekali terjadi demo-demo kenaikan gaji.
Penulis sangat paham sekali ditengah himpitan ekonomi yang serba mahal ini kalau tidak naik gajinya juga akan semakin tergilas di Kota Batam ini. Apabila kondisi Kota Batam sebagai salah satu Kota FTZ ini betul-betul dilaksanakan secara total mungkin bisa lebih murah barang-barang kebutuhan di Kota Batam. Masyarakat Batam dipaksa membeli barang-barang yang mahal dari negara Singapura dan Malaysia. Tentu sangat tragis dari sisi gaji jauh, kondisi ekonomi penduduknya juga masih lebih baik negara tetangga kita, namun harga-harga kebutuhan pokok penduduk Kota Batam dan sekitarnya jauh lebih mahal.
Namun dari semua ini kenapa seolah tidak ada tindakan para pemegang kebijakan ekonomi di Kota Batam ini terkait semakin tingginya harga-harga kebutuhan pokok. Sebesar apapun gajinya saat ini kalau kenaikan barang, jasa, kebutuhan lainnya tetap tinggi juga akan sia-sia saja. Nilai besar gaji tetap saja kecil apabila dibelanjakan.
Sistem pengupahan pekerja di Indonesia pasti setiap tahun menyebabkan gesekan-gesekan dan diskusi alot antara perwakilan serikat pekerja, pengusaha dan pemerintah. Perjuangan pekerja menuntut hak pengupahan yang sebanding pasti akan berbenturan dengan kebijakan perusahaan yang ingin pengupahan yang bisa murah. Apabila pemerintah bisa menjadi negosiator dan pemegang kebijakan dalam menstabilkan ekonomi, harga pasti akan semakin tidak terjadi konfilk yang panas antara pengusaha dan pekerja soal gaji ini.
Semua tentu mengetahui di Kota Batam ini serba mahal, meski banyak yang bilang masih mudah mencari uang dibandingkan dengan kota lain namun akan semakin baik apabila gaji yang pantas ini bisa lebih bisa dimanfaatkan pekerja untuk meningkatkan peluang bisnis lainnya bukan akan habis buat sisi konsumsi semata. Apabila hal ini bisa terjadi pasti Kota Batam bisa menjadi motor penggerak ekonomi bagi Indonesia. Kota Batam bisa menjadi percontohan berhasilnya program FTZ.
Namun apabila kondisi ketidakstabilan harga barang, gaji yang besar namun kecil nilainya ini terus terjadi ditambah nilai tukar rupaih yang merosot terus, pasti akan berdampak ketar-ketirnya dunia kerja dan sistem pengupahan di Kota Batam.
Pekerja dan Bos Tak Bisa Dipisahkan
Hubungan antara pekerja dan bos adalah hubungan yang tidak bisa dipisahkan, saling melengkapi semua punya peran dan tanggungjawabnya. Tidak bisa disebut sebagai bos kalau tidak punya pekerja baik pekerja tetap, kontrak ataupun yang frelance juga. Pekerja juga demikian tidak bisa dibilang sebagai karyawan kalau dirinya tidak bekerja kepada perusahaan ataupun orang lain. Seharusnya hubungan yang intim yang saling membutuhkan ini harus dibina komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.
Pihak Bos tentu saja harus menggunakan teknik komunikasi yang baik, jangan hanya menggunakan komunikasi vertikal dari atasan ke bawahan. Kesannya begitu diktator sekali pesan-pesannya. Budaya menggali usulan dari bawahan harus dikembangkan, dengan metode ini maka kedekatan hubungan antara karyawan dengan bosnya akan terjaga dengan baik. Terutama disaat-saat kritis seorang bos diperlukan teknik komunikasi yang baik agar bisa meredam emosi pekerja.
Para pekerja selain menjalin hubungan yang baik dengan sesama pekerja, atau teknik komunikasi secara horizontal juga harus bisa menyampaikan usulan-usulan yang membangun kepada perusahaan atau atasanya. Memang budaya ini masih sulit terutama di industri kota Batam. Namun perusahaan juga ada sebuah ajang family gathering yang kebanyakan dilaksanakan setiap tahun ini merupakan salah satu cara untuk membuat suasana kebersamaan diantara manajemen dan para pekerja. Namun setelah itu kebanyakan masih belum dibina kembali melalui sarana yang bisa membuat hubungan yang baik antara pekerja dan perusahaan begitu dekat.
Di era social media yang begitu trend saat ini bisa digunakan sebagai salah satu sarana untuk menjalin komunikasi di perusahaan, misalnya dibuat sebuah group FB. Semua informasi tentang perusahaan bisa diposting di FB untuk bisa diketahui oleh semua karyawan. Dan pihak karyawan juga bisa memberikan masukan-masukan kepada perusahaan dengan FB ini. Ini salah satu contoh media saja, apabila dikembangkan maka jalinan komunikasi akan terjaga, segala permasalahan terkait dengan perusahaan dan karyawan bisa dikomunikasi dengan baik.
Hubungan yang sudah layaknya sebuah keluarga maka akan menambah loyalitas karyawan, dan etos kerja juga akan menjadi lebih baik. Permasalahan dunia kerja tentang tuntutan kenaikan gaji dan lainnya juga bisa dikomunikasikan dengan baik.
Kita berharap pergerakan atau demo untuk menuntuk suatu hak itu diminimalisir apabila semua unsur yang terkait bisa sadar diri akan peran dan tanggungjawabnya. Kita sebagai pekerja juga tidak ingin demo terus menuntut haknya apabila penghasilan yang diperoleh sudah layak dengan besarnya pengeluaran yang ada saat ini.
Pemerintah yang mempunyai peran penting di sisi regulasi harus bisa menjadi media dan penggerak agar bisa melindungi semua warga negara, baik pekerja, pengusaha. Jangan sampai regulasi yang dibuat bisa membuat keresahan rakyat. Meski harga itu kini pasar yang menetukan, alangkah baiknya jika pemerintah bisa seperti dulu bisa menstabilkan harga, agar penghasilan yang diterima pekerja bisa mencukupi juga, tanpa ini maka pasti kenaikan berapapun akan menimbulkan gejolak.
Pengusaha menginginkan usahanya berjalan dengan baik, dan hal ini harus didukung oleh karyawan yang produktif dan kebijakan pemerintah yang baik. Semoga pengusaha menjadikan karyawan adalah sebuah aset yang perlu di jaga, jangan dipekerjakan saja. Hubungan yang baik layaknya keluarga akan meminimalisir benturan-benturan antara pekerja dan pengusaha.
Semoga hubungan simbiosis mutualisme antara Pengusaha, Pemerintah, dan Pekerja ini, maka ketar-ketir dunia usaha yang banyak diramalkan dengan banyak hengkangnya investor asing dari kota Batam bisa kita hindari, justru jalinan komunikasi yang semakin mesra antara ketiga unsur (baca:pengusaha, pemerintah, pekerja) tersebut akan membuat semakin nyamannya iklim investasi di Kota Batam, dan bisa menjadi tolak ukur perekonomian nasional. Kita pasti bangga apabila pemberitaan di media mengenai Kota Batam berita tentang prestasi-prestasi.



No comments:

Post a Comment